Beda Generasi

Share this

Saya punya anak yang sudah kuliah, masih SMP dan SD. Mendengar percakapan mereka saat berinteraksi terkadang saya tidak mengerti. Banyak bahasa “G4UL” yang baru saya dengar, seperti “woles” yang artinya santai, slow, atau tenang aja. Sesekali saya mendengar kepo, waini, kampretos dan kata-kata lain yang dulu tidak pernah saya dengar.

Saya berpikir, bagaimana bila anak-anak ini suatu saat jadi imam sholat. Sebelum sholat dimulai biasanya imam berkata, “Rapatkan dan luruskan!” Bisa-bisa, karena ingin terlihat G4UL, mereka akan berkata, “Rapatkan dan rebonding!” Lamunan pagi hari yang tidak perlu diberdebatkan. Hehehe…

Selain bahasa G4UL tadi, ada lagi panggilan kepada orang yang dulu jarang saya dengar. Ada yang memanggil temannya “bro”, “fren” atau “coy”. Boleh jadi, panggilan paman, om, paklek, bude, mbakyu, kangmas suatu saat bisa tersisih dan tergusur dengan istilah baru ini.

Alkisah, seorang remaja G4UL Jakarta datang ke rumah saudaranya di pedalaman Sumatera Utara. Ketika pamannya pulang dari berburu di hutan anak G4UL itu bertanya, “Dari mana coy?” Pamannya yang sedikit kaget karena dipanggil coy menjawab sekenanya, “Dari hutan.”

“Ngapain ke hutan?” tanya si anak G4UL ini lagi. Pamannya menjawab, “Abis nembak babi.” Langsung anak G4UL itu berkomentar, “Cie! Cie! Cie! Nembak babi, niii yeee! Tapi ngomong-ngomong diterima gak tuch nembaknya?”

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini


TBnCbatch8


Baca Juga  Harapan Seorang Anak

39 comments On Beda Generasi

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
9 - 5 = ?
Reload

Site Footer