Berapa waktu yang Anda habiskan dalam satu hari untuk berurusan dengan perangkat digital? Dengan teknologi? Yang sudah pasti, pegang ponsel. Kemudian, bekerja dengan laptop atau komputer. Belum lagi buka media sosial, meeting, berkomunikasi dengan keluarga, rasa-rasanya bahkan lebih dari setengah dari total aktivitas kita di masa sekarang menggunakan teknologi dan membutuhkan perangkat digital.
Di satu sisi, ini memberikan semua kemudahannya. Di sisi lain, ia juga mendatangkan hal-hal yang tidak diinginkan. Apa itu? Digital fatigue, atau kelelahan digital. Dalam kehidupan profesional, bekerja dengan perangkat digital memaksa kita untuk fokus pada layar, baik layar besar (maksudnya laptop atau komputer) maupun kecil (maksudnya ponsel atau tablet).
Pesan-pesan harus dibalas secepat mungkin, atensi kita terpusat pada banyak hal; email, interaksi, Kanban, dashboard, to do list, banyak sekali. Membayangkannya saja sudah bisa membuat pusing. Seorang ahli kesehatan mengatakan, jika Anda merasa tegang, mata terasa letih, lebih sering sakit kepala dibandingkan sebelumnya, postur tubuh Anda berubah, merasa nyeri di leher atau bahu, Anda bisa jadi mengalami digital fatigue.
Tanda lain yang signifikan adalah adanya gangguan tidur. Terlalu banyak screen time membuat keseimbangan hormon terganggu, kesulitan tidur, dan kesulitan pula untuk bangun pagi.
Riset menyebutkan bahwa selama pandemi, penggunaan media digital mengalami peningkatan sampai dengan 7,5 jam per hari. Mungkin Anda berpikir, ah kalau pekerja muda alias milenial senang ya dengan situasi tersebut, “bisa kerja sambil mainan hp”. Sayangnya, risetnya tidak mengatakan demikian. Mereka justru yang paling banyak merasakan gejala “burnout”, karena merasa tidak ada Batasan yang jelas antara rumah dengan kantor. Pekerjaan selalu hadir dan menuntut perhatian.
Apa solusinya? Kita tidak bisa mengusir perangkat digital ini, karena kita tetap membutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pastikan sebagai pemimpin, Anda melakukan hal-hal berikut:
Pertama, Adakan pertemuan rutin. Sesibuk-sibuknya Anda dan anggota tim dengan pekerjaannya masing-masing, di manapun mereka berada, sempatkan untuk bertemu secara berkala, bisa sehari sekali, dua hari sekali, misalnya menggunakan ruang meeting online atau sekedar video atau voice call. Jika memungkinkan, disarankan untuk pertemuan tatap muka, misalnya seminggu sekali. Tidak hanya membicarakan pekerjaan, justru gunakan momen ini untuk mengenali anggota tim Anda lebih mendalam. Hal ini akan membuat anggota tim Anda merasa Anda tulus melibatkan mereka untuk menjadi bagian dari tim Anda.
Kedua, Cek dan ricek dukungan perangkat dan teknologi yang dibutuhkan untuk bekerja. Apakah software sudah diupdate ke IT kantor? Apakah laptop masih berfungsi dengan baik? Terkadang, masalah sinyal saja bisa membuat frustrasi. Anda dapat berperan dalam memastikan mereka sudah memiliki situasi digital yang kondusif untuk bekerja, dan berikan informasi yang diperlukan sejauh kewenangan Anda.
Ketiga, Sederhanakan cara berkomunikasi dan bekerja digital. Sudah sangat banyak tips yang bisa Anda dapatkan terkait membangun komunikasi dengan anggota tim, mengobrol, pendekatan, menggunakan aplikasi kerja Bersama, dan sebagainya. Namun, pastikan efektif dan efisien. Saya pernah bertemu dengan seorang pemimpin yang begitu bersemangat mendorong anggota timnya untuk berkomunikasi dan bekerja dengan berbagai aplikasi terupdate, tetapi kemudian saling tumpang tindih.
Ingin menggunakan aplikasi A, kemudian aplikasi B yang juga dianggap bagus digunakan anggota tim lainnya, lalu ada yang lain lagi menggunakan aplikasi C. Tugas Anda adalah menyederhanakan. Perangkat mana yang ingin kita gunakan yang paling representatif untuk semuanya. Ingat, keep it simple. Termasuk juga dalam hal efisien waktu. Apa yang sudah dibicarakan di email, tidak perlu lagi dibahas Panjang lebar dalam meeting kecuali kesimpulannya. Tetapkan waktu efektif untuk sebuah pertemuan dan berlatihlah taat dengan ketetapan tersebut.
Dari semua cara, yang tidak boleh tertinggal adalah, mengenali anggota tim Anda secara personal meskipun interaksi kita didominansi oleh interaksi virtual. Apa yang menjadi kebutuhannya? Apa kesulitannya dalam menyelesaikan pekerjaan? Pada bagian tugas mana ia memerlukan bimbingan lebih? Pendekatan apa yang ia sukai? Berbicara privat lewat chat, bisa terbuka ketika diskusi Bersama anggota tim yang lain, atau “ngopi ganteng” Bersama, atau apa?
Semoga hujan perangkat digital dan media online tidak membuat kita sebagai pemimpin kehilangan kepekaan kita untuk terus memberikan sentuhan dan pemberdayaan yang diperlukan oleh tim kita.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia