Anakku Nyuci Piring

Share this

Tadi malam, setibanya di rumah, anak dan istri saya menyambut kehadiran saya. Bahkan anak pertama saya langsung nyerocos bercerita di depan pintu kamarnya. Setelah kurang lebih 15 menit mendengarkan anak pertama saya bercerita, saya baru sadar bahwa anak bungsu saya belum menemui saya.

Dan ternyata, anak bungsu saya, yang baru saja naik kelas 8 (2 SMP), sedang mencuci piring di dapur. Muhammad Zulfikar Abdurahman, biasa dipanggil Fikar, malam itu sedang mendapat giliran mencuci piring. Ya, selama liburan Ramadhan, secara bergiliran anak saya mendapat jatah mencuci piring. Sebelum jam 10 malam, semua yang kotor wajib sudah bersih tercuci. Semua perlengkapan yang dicuci adalah barang pecah belah yang telah digunakan untuk makan dan minum.

Sesuatu yang digunakan, meski terlihat bersih, wajib untuk dicuci. Begitu pula dalam kehidupan. Pikiran, hati dan fisik yang kita gunakan setiap hari wajib untuk dibersihkan.

Bagaimana membersihkannya? Untuk fisik atau tubuh yang tampak, membersihkannya dengan cara mandi. Sementara untuk pikiran dan hati, membersihkannya dengan cara mensyukuri semua karunia yang kita nikmati. Berucap terima kasih dan alhamdulillah adalah kebiasaan harian yang seyognyanya otomatis kita lakukan.

Selain itu, meminta maaf kepada sesama dan memohon ampun kepada Allah SWT juga perlu diperbanyak sebelum mata terpejam setiap hari. Menunda bersyukur dan memohon ampun akan mengundang banyak penyakit datang kepada kita. Sama seperti menunda mencuci piring, itu bisa mengundang kecoa, tikus, semut, kuman dan yang lainnya.

Segera cuci piring yang kotor di rumah. Jangan lupa, segera bersyukur dan memohon ampun agar pikiran dan hati kita juga selalu bersih.

Baca Juga  Kualitas Persahabatan

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

Keterangan foto: Fikar, diapit saya dan Izan.

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer