Saya pernah berkunjung ke rumah seseorang yang tinggal di dekat tempat pembuangan sampah akhir di Bantar Gebang. Saat memasuki komplek perumahannya, saya mencium bau aroma yang tidak sedap, sangat mengganggu saya, aroma sampah busuk bercampur aroma asap pembakaran sampah.
Orang yang saya kunjungi tersebut, telah menetap di komplek perumahan tersebut lebih dari 15 tahun. Ia tidak terganggu sama sekali dengan aroma tersebut, bahkan ia menyatakan betah dan nyaman tinggal di tempat itu. Wow, luar biasa, saya hanya sekitar 2 jam saja sudah merasa sangat tidak nyaman, tetapi ia justeru kerasan.
Mengingat kejadian itu, saya saya semakin paham dengan tulisan sahabat saya Ahmad Faiz Zainuddin yang mengutip pernyataan seorang peneliti ternama, Profesor Brad J. Bushman (Ohio State University). Sang guru besar ini menyatakan: Anak-anak yang terbiasa melihat kekerasan di TV, medsos dan media lain, menjadi tumpul hati nuraninya.
Menurutnya juga; Anak-anak ini juga berubah reaksi fisik, emosi dan pikiran pada kekerasan. Anak jadi lebih cenderung bertindak agresif, kurang berempati dan tidak peduli saat melihat orang lain dianiaya.” Ternyata kepekaan kita sangat tergantung dari kebiasaan yang sering kita lakukan. Apabila kita terbiasa berbuat negatif atau keburukan maka saat kita berbuat keburukan kita tidak merasa berbuat buruk atau salah. Kita santai saja, cool, dan biasa saja.
Hal ini sejalan dengan hikmah ke 58 yang terdapat di kitab Al Hikam. Pesan dalam hikmah tersebut isinya adalah : “Diantara tanda matinya hati adalah tiadanya rasa sedih atas ketaatan yang kau lewatkan, dan tiadanya rasa menyesal atas kemaksiatan yang kau lakukan.
Ramadhan sudah memasuki 10 hari terakhir, kita perlu introspeksi diri. Apabila tiada rasa sedih karena kita terlewat dengan berbagai kebaikan yang seharusnya kita lakukan namun belum sempat lakukan, itu adalah alarm bahwa hati nurani kita mulai mati. Bersegeralah dihidupkan kembali.
Begitu pula saat kita masih sempat berbuat dosa atau kemaksiatan dan tiada sesal kita melakukannya. Itu juga Alarm bahwa hati nurani kita mulai mati. Padahal kita tahu bahwa di bulan ramadhan ini para setan diikat oleh Allah swt, lho koq masih sempat-sempatnya berbuat maksiat atau dosa. Sebenarnya siapa setan sesungguhnya?
Astaghfirullah hal Adzim….
Semoga Allah swt menyirami hati kita dengan cahaya-Nya sehingga hati nurani kita tetap hidup bahkan semakin hidup. Bersemangatlah menghidupkan 10 hari di akhir Ramadhan untuk menghidupkan kembali hati nurani dalam diri. Mau khan?
Salam SukesMulia
Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia
1 comments On Alarm Matinya Hati Nurani
Masyaallah, terimakasih beh atas pencerahan nya. Membaca kutipan babeh dari kitab al hikam (Ibnu Atha’illah al Iskandari) menggerakkan hati saya untuk membuka kembali kitab yg sekian lama baru beberapa halaman saja terbaca hehehe.. (Hikmah ke 50, Tanda-tanda matinya hati)🙏