Usai memberikan seminar di Pelindo 2 Tanjung Priok kemarin, saya mendapat whatsapp dari istri. Isinya tentang permintaan tolong mampir di pusat perbelanjaan untuk belanja keperluan anak-anak dan kebutuhan dapur. Saya senang mendapat whatsaap ini. Namun, begitu saya belanja sesuai dengan daftar yang sudah saya terima, ternyata “ribet” juga ya, hehehehe. Padahal saya sudah meminta bantuan petugas di pusat perbelanjaan itu.
Sepanjang perjalanan pulang saya merenung “ah, betapa berat dan “ribetnya” tugas istri.” Dia harus bangun tidur lebih cepat dibandingkan anggota keluarga yang lain untuk menyiapkan makan sahur. Apabila makanan yang disajikan dikomplain oleh anggota keluarga, dia bukannya marah tetapi wanita mulia itu justeru yang meminta maaf.
Saat subuh tiba, dengan sabar ia menanti anak perempuannya satu per satu keluar dari kamar mandi untuk diajak sholat berjamaah. Ia menjadi imam bagi putri-putrinya. Ia yang paling lama berdoa. Ia yang membereskan sajadah bila putrinya lupa melipatnya. Ia yang mengingatkan kami semua untuk membaca kita suci di pagi hari.
Tak cukup itu, dialah yang memastikan keperluan sekolah anak-anaknya. Dia pula yang mengantarkan anaknya ke sekolah. Saat saya menyiapkan sopir untuk mengantar anak ke sekolah, dia berkata “tidak pak, ini kesempatan saya ngobrol dengan anak. Lumayan di dalam mobil bisa ngobrol dari hati ke hati sekaligus menggali potensi.”
Apakah setelah itu istri berleha-leha? Tidak. Ia harus menjalankan bisnis di rumah yang sudah lama ditekuninya. Ia harus menghadapi liku-liku bisnis yang terkadang menguras air matanya. Sebagai pimpinan bisnis, ia harus memimpin rapat, mengarahkan timnya dan berhubungan dengan stake holder bisnisnya.
Bahkan diantara kesibukan bisnisnya, ia harus mendengar “curhatan” saya baik langsung maupun lewat telepon. Dia yang menentramkan hati saya. Dia yang menjaga semangat saya. Dia yang memberi suntikan energi bagi saya. Terkadang, ia pun saya minta untuk menemani saya bila saya berpergian. Dan dengan sukarela ia tinggalkan bisnisnya untuk sekedar memenuhi permintaan saya.
Saat malam menjelang, istrilah yang menemani anak mengerjakan tugas sekolah. Walau saya sudah pilihkan sekolah bagi anak-anak yang tidak ada pekerjaan rumah (pe-er), namun tekadang masih ada pe-er yang perlu diselesaikan anak. Dan yang lebih banyak mendampingi anak mengerjakan tugas itu adalah istri saya. Anak-anak lebih nyaman mengerjakan tugas sekolah bersama ibunya dibandingkan dengan saya.
Ah, saya benar-benar tidak sanggup bila harus menjadi seorang istri.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
24 comments On Aku Tak Sanggup Menjadi Istri
saya juga tidak sanggup membayangkan klo kek Jamil jadi seorang istri, pakai hijab dan berdandan … hehehe 🙂
Tetapi thanks inspirasinya buat renungan pagi ini kek.
Salam SuksesMulia
Hehehehehe, ampyun dech
🙂 ku tak sanggup jadi suami
Hehehe, salam buat suaminya 🙂
Terharu bacanya, saya bayangkan “sederetan tugas” suami, pun rasanya tidak sanggup menjadi suami 😀
Walau banyak, suami enjoy 🙂
entah kenapa sya langsung teringat ibu saya, #seraya menitikan air mata..
terimakasih inspirasinya Bang…
Salam buat ibunda ya mas
koq g di cc in ke istri pak jamil y….
Sy jadi inget istri saya, saat ini istri saya bersama anak anak pergi mudik, sy sendirian d sini, sepi tanpa mereka, I Love my family, thanks pak Jamil
Sama-sama mas, segera susul mudik 🙂
Yah ….itu sdh Kodratnya Kek…. Wanita dilahirkan kedunia bertugas utk mendampingi suaminya dan mendidik anak”nya menjadi anak Sholeh/Sholehah sebagai penerus Bangsa. Jadi Allah sdh membuatnya seperti. Laki” terlahir fitrahnya sebagai seorang pemimpin. jadi kalo ada istri yang hebat berarti Suaminyalah Yang lebih Hebat yang bisa membimbing istrinya. karena Fitrahnya suami itu memang mengerjakan Hal” yang besar, seperti pepatah…Marriage is a workshop,when Husband works, Wife shops……
Istriku sudah baca 🙂
Begitulah tugas seorang istri, namun tak jarang juga pengorbanan yang telah dilakukan hanya dipandang sebelah mata.. contoh nyata terjadi dalam kehidupan saya pribadi kek, karna ketidak mampuan saya menjadi istri yang sempurna.. akhirnya saya harus menelan pil pahit yaitu dibuang .. namun apapun yang terjadi saya syukuri dan saya sadar betul ini semua memang taqdir Allah yang harus saya lalui..Terimakasih banyak kek Zamil mudah2an tulisan kakek kali ini membuka banyak mata unyuk lebih menghargai peran seorang istri .. Salam hormat
Kirim doa buat ibu
Hmmm… Jadi tambah sayang sama istri, makasi kek inspirasinya #salam kenal semuanya 🙂
Sama-sama mas, salam kenal juga. Salim
Saya juga tidak sanggup menjadi pengganti tugas ibu wkwkwwk
Seandainya semua swami bisa memahami seperti kek Jamil……
Refleksi pagi yg menyejukkan, sekaligus menyadarkan kita akan peran istri yang mulia, agar kita bisa mengapresiasinya. Terima kasih pa Jamil
Daftar tugas istri itu panjaaaaaang ya Pak ..tapi alhamdulillah Allah memberikan kemampuan untuk melakukan itu semua..Makanya ada yg bilang, ” Jangan sampai istrimu sakit karena bakal repot urusan di rumah” Terimakasih Pak Jamil..semoga Bapak tetap menjadi suami, jangan pernah menjadi istri …:))
Alhamdullillah… Semoga para suami lebih menghargai peran istri… Doakan selalu agar istri sehat . Itu yg terpenting bagi istri… Makasih pak Jamil. Smg keluarga Anda selalu mendapat keberkahan dari Allah..
Tugas suami atau tugas istri apabila dikerjakan dengan penuh ikhlas, dan penuh tanggung jawab pasti semua sangat mudah dan ringan, semua mempunyai tanggung jawab yang berbeda
sanggup ga sanggup harus sanggup, semangaaaaat 🙂