Membaca berita ekonomi dalam sebuah rubrik koran pagi ini. Saya tergelitik untuk menulis artikel tentang AFTA 2015 di web kakek Jamil ini. Sebelum memulai sebuah tulisan, saya mengumpulkan bahan-bahan dengan cara menggoogling dari google.
Dari berbagai macam-macam bahan dan artikel di google mengenai AFTA 2015. Secara umum dan paling banyak dituliskan itu ada 2 hal.
Yang pertama, banyak tulisan yang intinya mengatakan. Ketika AFTA 2015 diberlakukan, maka kompetisi yang sengit dimulai. Dan yang kedua, ada banyak tulisan yang menyebutkan bahwa SDM Indonesia belum siap menghadapi AFTA 2015. Terlebih lagi, masyarakat kita akan jadi pasar empuk bagi Singapur dan Thailand.
Bahkan konon kabarnya, pemerintah Thailand meskipun kondisi politik berkecamuk. Mereka telah menyiapkan sumber daya manusia dengan membuka sekolah bahasa Indonesia di negaranya. Tentu berbeda dengan kondisi di negara ini yang masih terlihat adem anyem dan masih nyaman, menganggap AFTA 2015 masih jauh. Faktanyapun diantara kita masih saja hanya doyan ribut-ribut dengan hal-hal tidak subtantif daripada mencari solusi atau berusaha antisipasi untuk kepentingan masyarakat banyak. Tidak terkecuali saya juga hehehe.. 🙂
Memang secara pribadi saya tidak setuju ada AFTA 2015 ini berjalan. Mengingat dalam sistem ini yang dianut adalah sistem perdagangan bebas. Artinya peran kontrol pemerintah atau peran institusi yang khusus membidangi perdagangan nantinya pelan-pelan dieliminasi.
Karena dampaknya tidak hanya berimbas pada kondisi ekonomi saja. Asumsi saya, AFTA 2015 akan berpengaruh secara holistik ke semua pilar kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan nilai-nilai fundamental masyarakat akan dihantamnya.
Tapi, terlepas setuju atau tidak setuju terhadap keberadaan AFTA 2015. Kenyataannya AFTA 2015 bila dihitung mundur, tinggal 11 bulan lagi. Artinya apa, pemirsa?
Yup! Siap atau tidak siap. Mau tidak mau. AFTA 2015 sudah berada dihadapan kita. Tidak ada lagi kata tidak siap. Dan jangan lagi ada kata tidak mau. Bagaimanapun persaingan liar bakalan dimulai.
Kemudian saat saya mencoba untuk berpikir lebih positif. Apalagi setelah saya membaca tulisannya mas Tito Dewanto dalam tulisan pembaca berjudul Penjara Kebun Binatang . Dalam konteks yang positif, AFTA 2015 menghadirkan dunia yang cadas. Supaya kita mau ga mau harus mengeluarkan potensi yang tersimpan dan tersembunyi. Layaknya kemampuan onta yang bisa berlari cepat pada lingkungan berpadang pasir dan serba extrim.
Namun semua itu tidak harus menunggu AFTA 2015 tiba. Tentu harus dimulai dari sejak saat ini. Sejak saat ini kita harus berkata GAWAT!! Mungkin dengan merasa sedikit panik, kita terus menerus menemukan passion kita, bagi yang belum menemukannya. Dan berupaya keras memberdayakan potensi-potensi kita, dengan menciptakan target tinggi atau tantangan-tantangan yang menantang, bagi Anda yang sudah menemukan kehebatan Anda.
Saran saya, lakukan saja detik ini juga… 🙂
Salam Penulis SuksesMulia
Dian Dwi Ariandoko (Editor Tulisan Pembaca website JA)
15 comments On AFTA 2015
Siap mas, mulai berbenah dari sekarang. Sbg pelaku usaha ekspor furniture, kami sudah terbiasa dengan aturan2 ataupun ketentuan2 baik regional maupun global. Yg terbaru adalah dengan adanya SVLK ( Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) bagi produk yang berbahan kayu. Rumit yang pasti, tapi mau tidak mau, suka tidak suka ya harus siap
Salam makin sukses dan mulia
Wah, mas Wantik memang keren. Bagaimanapun harus dipersiapkan meskipun rumit. Harus terus berbenah dan semakin terup grade. Kalau bisa dibangun juga brand perusahaannya. Agar makin unggul dalam berkompetisinya.
Ada gagasan menarik yg selama ini agak melenakan saya, dan diingat kan oleh tulisan ini, tentang perdagangan bebas, ini artinya alarm telah dibunyikan, akan terjadi ” penjajahan ” cara modern yg tdk perlu menggunakan kekuatan militer utk menguasai teritori dan ekonomi suatu bangsa, spt yg dilakukan oleh belanda dg VOC nya, perlu menyiapkan mental ,sumberdaya yg cerdas dan tangguh, serta amunisi yg memadai utk melawan ” penjajahan ” cara baru ini yg didesain oleh pelaku dan agen kapitalisme global utk kembali menguasai nusantara dg cara cerdas, lewat regulasi yg dipaksakan berupa demit AFTA, perlu ada resolusi jihad jilid II spt yg pernah dilakukan para ulama 2 NU ketika terjadi agrasi sekutu yg berujung pada peristiwa 10 november,
Setuju mas. Memang semua komponen harus mengambil inisiatif untuk melakukan kolaborasi. Alangkah baiknya, kepentingan pribadi dan ego dikesampingkan. Lakukan aksi demi kepentingan masyarakat dan bangsa. Terlebih khusus masyarakat UKM di daerah-daerah. Aksi yang paling sederhana adalah menggunakan produk-produk lokal. Mencintai branding lokal.
Sebenarnya dengan mengikuti AFTA (ASEAN Free Trade Area) 2015 berarti bunuh diri secara ekonomi karena dibanding semua negara ASEAN lainnya kita adalah negara yang paling tidak siap, karena akan banyak banyak produk Thailand , Malaysia dan Singapur yang deras membanjiri negara kita, berarti akan banyak perusahaan yang gulung tikar, akan lebih banyak lagi pengangguran, kemiskinan dll. Namun kita sulit untuk menghindarinya, perlu kerjasama semua pihak pemerintah, dan masyarakat luas termasuk kita, oleh karena itu yang bisa kita lakukan adalah mulai berbenah dan mengerahkan segenap potensi terbaik kita untuk menghadapinya, karena saat itu hanya ada 2 pilihan to be the Winner or the Looser. Mudah-mudahan kita menjadi the Winner. Aamin
Sebenarnya waktu menulis artikel ini, awalnya saya tidak terlalu beban. Namun setelah membaca komentar mas Tito ini. Rasanya saya jadi merinding. Entah kenapa?
Tapi dalam bayangan saya, sebagian banyak masyarakat kita belum siap dan belum terbedayakan. Bahkan dilikungan di sekitar saya saja, banyak pemuda yang masih menganggur. Hal itu baru saya tersadarkan.
Alhamdulillah, saat ini saya memulai melakukan pendekatan-pendekatan dan mengumpulkan mereka untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan sederhana, supaya bisa berkarya dan mandiri. Mohon doa’nya ya mas. Terima kasih mas Tito.
Wah mas Dian kerOn bgt dapat memperdayakan pemuda sekitarnya. Saya selaku guru selalu memotivasi siswa saya untuk senantiasa memompa potensinya sebaik mungkin agar memiliki skill baik itu berbahasa asing, atau pengembangan potensi lainnya agar siap bersaing di era global..
OK, dipaksa nantinya semoga menjadi bisa, dan terbiasa akhirnya tak terasa.
Memaksanya harus detik ini mas. Hehehe… 🙂 Ayo beraksi
Siapppp! kembangkan kemampuan berbahasa. terima kasih sudah mengingatkan
Memang bahasa adalah kompetensi penting menghadapi AFTA 2015. Kayaknya aku juga harus meng up grade kemampuan satu ini. Terima kasih, juga sudah mengingatkan.
Insyaallah ada jalan. Harus SIAP & BISA. Ketika ada tantangan / pesaing, kreativitas akan muncul.
Tantangannya adalah target kita setingi-tingginya. Semoga kita mampu. Aamiin
Siapkan diri….jadi the winner atau the looser…
Aamiin.