Ketika mendengar kata Revolusi, maka bayangan kita biasanya akan menuju pada dunia politik, dimana ada perebutan kekuasaan secara paksa, disertai kekerasan, bahkan bisa jadi bakal ada korban jiwa. Ya, Revolusi hampir selalu identik dengan darah dan kekuasaan. Menurut Mbah Wiki (Wikipedia-red) Revolusi adalah perubahan social dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat.
Bagiku, Revolusi itu tak harus berdarah, bahkan bisa sangat menyenangkan, karena sesungguhnya ada cinta dalam Revolusi. Kalau diperhatikan, dalam kata revolution, terselip kata evol, yang kalau dibalik menjadi “LOVE”. Yes! Inilah dasar ilmiah mengapa aku berani bilang, ada Cinta dalam Revolusi. Ilmiah menurut siapa? Setidaknya menurut diriku sendiri, 😀
Alhamdulillaah, 2 September lalu, buku perdanaku meluncur berjudul “Self Revolution” sebuah buku yang lahir dari kegelisahan dan kegalauan masa muda yang terus berlanjut hingga dewasa, bahkan semakin dewasa semakin menjadi. So, untuk menumpas kegalauan ini, gak cukup perubahan biasa-biasa, dibutuhkan sebuah gerakan REVOLUSI.
“Self Revolution” adalah cerita tentang anak muda galau yang kebingungan mencari makna hidup, kebingungan mencari tujuan hidup. Semua kegalauan itu terjadi karena dia sering jadi korban ketidak-adilan, kezhaliman, hinaan, hingga pengkhianatan yang menyakitkan. Semua itu terjadi karena dia memang memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Sehingga apapun yang diusahakannya selalu menemui jalan buntu.
Ibarat seseorang yang berlari di taman labirin namun bukannya menemukan jalan keluar, malah kembali lagi ke tempat semula. Atau seperti Sisifus yang mendorong batu besar ke puncak gunung, namun ketika sampai dipuncak, batu itu digelindingkan kembali ke bawah, hingga dia harus melakukan pekerjaan sia-sia itu berulang kali. “Sobat tahu? Sakitnya tuh, di sini.. “(nunjuk dada sambil mata berkaca-kaca di depan cermin)
Lantas, bagaimana perjuangan anak muda tersebut menjalani proses Self Revolution? Ternyata dia melewati empat episode besar yaitu: Pertama, “Permak Mindset”, Kedua “Passion Show”, Ketiga “The Power Of Love” dan keempat “Die Hard”. Pengen tahu keseruannya menjalani proses berat itu? Beli bukunya dong, jangan minta, masa trainer minta, hehe..peace!!
Memang Revolusi itu susah, berat, pedih jendral! Maka, harus selalu ada cinta dalam revolusi, hingga proses revolusi jadi sangat menyenangkan. “There is Love in Revolution. It’s Self Revolution”
Wassalam,
Achmad Faisal
@Ach_Faisal