Terus Belajar Menjadi Ayah Leadership Trainer Indonesia

Terus Belajar Menjadi Ayah

Share this

Tidak semua yang kita inginkan dan harapkan bisa menjadi kenyataan. Bahkan terkadang yang kita dapatkan justeru hal yang merugikan dan menyakitkan. Sebagai seorang pebisnis, saya pernah merasakan pahitnya bangkrut. Sebagai seorang trainer, saya pernah tidak repeat order alias tidak diundang lagi di salah satu perusahaan.

Di sela sela kesibukan, saya pun berhasil menjodohkan 26 pasangan. Dari 26 pasangan yang saya jodohkan itu, ada satu pasangan yang bercerai, pernikahannya hanya berlangsung tiga bulan. Dan itu adalah anak perempuan saya.

Visi pernikahan anak perempuan saya untuk melahirkan banyak pemimpin kelas dunia akhirnya kandas. Anak perempuan saya mengugat cerai saat pernikahannya belum berusia seumur jagung. Mendengar alasan yang disampaikan, saya pun mendukung keputusan anak perempuan saya. Ini adalah salah satu fragmen kehidupan yang sebenarnya sangat tidak kami harapkan.

Di awal perpisahan, saya menyaksikan bagaimana anak saya mengalami trauma, tremor, hingga dirawat di rumah sakit. Saya sangat mengkhawatirkan kondisi anak pertama saya. Sebagai manusia biasa, saya juga ikut gelisah dan sedih serta merasa menjadi ayah yang gagal. Saya sering menangis sendiri sebelum subuh dan saat melakukan perjalanan ke luar kota. Ternyata, luka yang tidak berdarah itu lebih menyakitkan dan bertahan lama. Namun, saya akhirnya menyadari bahwa saya tidak boleh ikut terlarut dengan kondisi anak saya.

Sebagai seseorang yang sedang terus belajar menjadi seorang ayah, saya membuat beberapa komitmen untuk memunculkan kembali kepercayaan diri anak saya. Komitmen pertama, saya menyediakan fisik dan waktu kapanpun diperlukan. Entah sudah berapa liter air mata anak saya tumpah di dada saya. Entah sudah berapa pelukan yang sama-sama kami lakukan bersama. Bahkan saya menolak beberapa permintaan training, tawaran bisnis dan mengubah jadwal rapat demi mendampingi anak saya.

Baca Juga  Pelepasan Calon Pemmpin Masa Depan Dari Tahfizh Leadership

Komitmen kedua, mensupport secara total apapun yang diperlukan anak saya. Berbagai training, kegiatan atau kesibukan positif yang diminati anak saya selalu saya dukung dengan mengerahkan semua sumber daya yang diperlukan. Saya pun “briefing” satu per satu anggota keluarga, saudara, dan sahabat baik anak saya untuk bisa membantu mengembalikan keceriaannya. Saya sadar bahwa saya bukanlah ayah yang sempurna, untuk itulah keterlibatan banyak orang sangat saya perlukan.

Komitmen ketiga, menjadi mediator antara anak saya dengan beberapa tokoh idolanya. Saya pertemukan anak saya dengan beberapa tokoh yang menjadi idolanya. Dari pertemuan itu melahirkan banyak kegiatan positif termasuk mengantarkan anak saya berkunjung ke Palestina.

Saya sangat yakin, komitmen itu tidak akan menghapus sejarah kehidupan anak saya, dan juga tidak akan menghilangkan kenangan pahit bagi saya, seorang ayah yang tidak sempurna dan harus terus belajar menjadi ayah. Namun, saya berharap komitmen itu membuat anak saya semakin kuat dan bertumbuh serta bersedia menjadi sumber inspirasi bagi wanita yang bernasib sama.

Senin 26 Maret 2018, saat ulang tahun ke 26, anak perempuan saya, Nadhira Arini Nur Imammah dengan tegar berkata “Alhamdulillah, target saya menuntaskan buku Project Move ON sebelum ulang tahun ke 26 sudah tuntas, buku sedang dalam proses percetakan. Pelajaran penting yang saya dapat setahun yang lalu “apabila mimpimu besar maka kau akan diuji dengan ujian yang besar, bersiaplah untuk menerima dan menikmatinya.”

Kata-kata itu meluncur dihadapan anggota keluarga dan para penghafal Al Quran, saat acara syukuran ulang tahun Nadhira di Rumah Quran STIFIn, Pondok Gede.

Kini, Nadhira bukan hanya sudah percaya diri lagi, tetapi telah menjadi sosok wanita yang lebih matang, siap move ON untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Pagi tadi, saya bergumam lirih “teruslah memantaskan diri untuk menjadi ibu yang melahirkan banyak pemimpin dunia, bersamaan pula dengan ayahmu yang juga terus belajar menjadi ayah dan belajar melahirkan pemimpin yang benar-benar memimpin”.

Baca Juga  Luka Batin bisa Melahirkan Prestasi & Legacy

Bolehkah saya tahu, apa komitmen Anda untuk putra putri Anda?

Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia

13 comments On Terus Belajar Menjadi Ayah

  • Tri Leksana Pribasi

    Komitment saya untuk anak-anak saya yang baru 3 tahun dan 4 bulan adalah menjadi contoh dan panutan bagi anak-anak saya menjadi Ayah yang Sukses dalam bekerja dan berbisnis, pantang menyerah, jujur,positif,berbagi sesama dan menjadi inspirasi bagi mereka. dan yang pasti tidak hanya menjadi Ayah tetapi menjadi sahabat, menjadi Teman, Menjadi Mentor, Menjadi orang yang sangat di butuhkan oleh anak-anak saya. Itu komitment saya. Pak Jamil.
    Saya baru ikut STC kmrn batch 27.
    Bapak sangat menginspirasi saya. Terima kasih atas ilmu dan kesempatan yang telah di berikan.

  • Respect to Mbak Dhira…smg tetap tegak menatap masa depan…
    Komitmen saya untuk putra putri saya adalah terus mensupport dan memfasilitasi mereka agar kelak mampu menjadi panutan umat yang senantiasa menebar kemaslahatan dengan Islam

  • Semoga menjadi keluarga yg lebih tegar..komitmen bagi 2 putri saya adalah berusaha membagi waktu dgn mereka,mensupport mereka agar dapat mewujudkan cita2 besar mereka

  • Kakek Jamil…. saya selalu suka dengan tulisan-tulisan yang kakek tulis. Kakek selau menginspirasi saya. Saya mohon do’a dari kakek, saya akan menikah tahun ini. Tapi entah mengapa rasa ragu masih ingin singgah dibenak saya. Doakan saya dan pasangan saya nanti menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Dan semoga kita adalah pasangan yang ditakdirkan oleh Allah di dunia dan di akhirat. Aaamiinnn

    Terima Kasih kakek Jamil yang Hebat.
    #NeverStopToLearn

  • Hal yg sama terjadi di pernikahan ibu saya dan tante saya. Wanita selalu berada di posisi terlemah. Namun saya salut sama Nadhira karena telah berani mengambil keputusan tegas. Throw away that toxic person. Once hehurt you, he does not deserve the second chance. Apalagi laki2 yg kayaknya ngerti agama eh ternyata topeng belaka. Nadhira, I adore you. Kamu beruntung memiliki ayah seperti Pak Jamil Azzaini. Semoga keluarga kalian selalu diliputi keberkahan 🙂

  • Maasya Allah Behhh … makasi banget ini inspirasinya.

    Komitmen saya untuk Alia, adalah 10 x dalam 1 bulan Iqra bersama. Dan bulan ini ingin menghantarkan Alia sampai ke AlQur’an..

    Saya berkomitmen sekuat tenaga untuk bisa antar jemput anak saya skolah karena pada saat saat itulah saya rasakan kedekatan yang luarbiasa antara ayah dan anak..

    Buat Dhira, adikku…semangatt terussssss..jadi Inspiresyen buat Indonesia

  • Sebuah keputusan yg berani dan tegas dari Nadhira menghasilkan manfaat lain yg tak terpikirkan sebelumnya… Teruslah ingat Allah…. semoga sehat dan bahagia selalu..

  • Ikut seneng melihat kabarny mbak dhiraa, pernah ketemu sekali serasa kalah tinggi wkkk

    Semogaa dpt jodoh yg lebih bisaa mengayomi mbak dhira, baik prilaku, ilmu, serta menjunjung Agamanya

    dan cita2nya indahnya melahirkan bnyak pemimpin nantinya benar adanya dikabulkan atas izinNYA

Leave a Reply to Adi Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer