Simpanlah Aibmu

Share this

Setiap ke Hongkong, saya selalu berusaha menyempatkan diri mampir di shelter atau penampungan para Buruh Migran Indonesia (BMI). Selain mampir, saya juga menyiapkan telinga untuk mendengarkan cerita dan “curhat” dari para BMI. Banyak pelajaran yang bisa saya dapatkan dari cerita para pahlawan devisa ini.

Pada kunjungan 12-16 Oktober 2013 lalu saya mendapat banyak cerita yang bisa kita jadikan pelajaran. Salah satunya adalah kisah seorang BMI asal Sragen Jawa Tengah. Suatu hari, wanita yang polos dan baik hati ini didatangi temannya yang memohon, “Mbak, aku pinjam buku tabungan dan ATM-mu ya sebab saya gak bisa buka tabungan karena sedang bermasalah.”

Tanpa berpikir panjang, wanita ini meminjamkan buku dan ATM-nya sekaligus memberi tahu PIN ATM-nya. Tak berapa lama dari kejadian itu, sahabat yang lain datang dan menghampiri sembari memohon, “Mbak, aku gak bisa buka tabungan di bank, tolong dong mbak buka atas nama mbak untuk rekening tabunganku.”

Dengan polos wanita inipun bersedia membuka tabungan atas namanya, namun buku dan PIN ATM-nya dibawa sahabatnya. Ia pikir, apa salahnya menolong teman yang sama-sama dari Indonesia. Setelah dua kejadian tersebut wanita ini kehilangan kontak dengan dua orang sahabatnya itu.

Waktu terus berlalu, beberapa bulan kemudian wanita asal Sragen ini dijemput polisi Hongkong di rumah majikannya. Ia dituduh melakukan money laundering dengan transaksi ratusan juta dolar Hongkong melalui dua nomor rekening atas nama dirinya. Wanita ini pun tak berdaya dan kini ia mendekam di penjara dengan hukuman 6 tahun lamanya.

Hampir setiap kita punya Personal Identity Number (PIN) atau rahasia kehidupan. Lebih spesifik lagi, setiap kita pasti pernah melakukan maksiat. Simpanlah baik-baik pengalaman pahit yang berbentuk maksiat itu. Rahasiakanlah dan jangan diumbar dengan diceritakan kepada banyak orang sebab itu bisa menjadi “senjata” yang digunakan orang lain untuk menghancurkan hidup Anda baik sengaja ataupun tidak disengaja.

Baca Juga  Empati itu Ada Ilmunya

Saya sendiri pernah melakukan maksiat. Bila teringat kejadian itu, rasa sesal, malu, tak tahu diri dan merasa hina datang berkecamuk dalam jiwa. Namun, “cerita” itu saya simpan baik-baik. Saya hanya menceritakan dan mengadukan hal itu kepada Sang Maha Tahu sebagai bentuk penyesalan mendalam atas apa yang pernah saya lakukan.

Tatkala saya hendak sombong dengan berbagai prestasi dan senang dengan berbagai puja-puji dari penduduk bumi, saya selalu bergumam di dalam hati, “Mereka memujimu karena Allah SWT masih menutup aib dan maksiatmu. Tak layak kau bangga, tak layak kau besar kepala.”

Inilah salah satu alasan, mengapa saya lebih senang menyimpan aib dan maksiat yang pernah saya lakukan. Yaitu, agar saya tahu diri bahwa selain sisi baik kehidupan saya yang diketahui orang ternyata ada sisi buruk yang tidak diketahui banyak manusia. Saya menjadi sadar bahwa saya adalah hamba yang lemah dan harus terus berbenah. Hidup saya sangatlah tergantung dari kasih sayang dan rahmat Allah karena kepada-Nya semua saya ceritakan.

Salam SuksesMulia!

10 comments On Simpanlah Aibmu

Leave a Reply to debudi Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer