Pekan lalu, saya ikut acara Training For Mentor selama 3 hari (28 – 30 Agustus 2018) di Malang yang diadakan oleh Yuk Bisnis. Pembicaranya tunggal yaitu mas Jaya Setiabudi. Untuk bisa ikut training ini, peserta diseleksi beberapa tahap, dari 484 peserta yang daftar, hanya 156 yang lolos. Selain itu, peserta juga harus menonton 15 video yang total jamnya lebih dari 20 jam. Bukan hanya nonton, kami pun harus meringkas isi video tersebut. Melelahkan tetapi mengasyikkan.
Untuk ikut acara ini saya mengorbankan banyak hal. Pertama, menolak banyak order training yang nilainya lumayan besar. Apalagi terjadi perubahan jadwal training dari pertengahan Agustus (14 – 16 Agustus 2018) menjadi akhir Agustus. Beberapa peluang order melayang karena pergeseran jadwal training ini. Saya yang sedang belajar hormat dengan guru, lebih memprioritaskan ikut acara ini ketimbang menerima tawaran bisnis yang waktunya bersamaan. Kata guru saya “ketundukanmu dengan guru akan membawa keberkahan dan kemudahan dalam bisnis dan hidupmu”.
Kedua, saya meninggalkan si bungsu yang sedang dirawat di rumah sakit karena DBD. Saya sampaikan kepada anak saya “Bang Fikar, bapak sedang belajar memuliakan guru, bapak sudah berjanji dengan guru kita semua, om Jaya, untuk ikut acara training di Malang, bapak minta izin tidak menemani kamu di rumah sakit. Sudah ada suster, ada mama, ada ibu, ada kakak-kakakmu yang akan menjaga kamu”. Anak saya menjawab singkat “oke pak, salam buat om Jaya”.
Ketiga, saya tidak bisa ikut pitching (presentasi untuk memenangkan proyek) di perusahaan ternama dengan nilai kontrak milyaran rupiah. Pitching dilakukan di Jakarta, sementara training di Malang, sulit mensinkronkan waktunya. Saya sudah berkomitmen kepada mas Jaya dan panitia untuk ikut secara penuh semua sesi dari pagi hingga malam hari. Meski akhirnya saya terlewat satu sesi karena “diculik” teman-teman Komunitas TDA Malang dan mampir ke tempat Coach Fahmi, guru saya dibidang grounded coaching business. Semoga mas Jaya memaafkan saya untuk “kenakalan” ini.
Dan benar kata guru saya, memuliakan guru itu menambah keberkahan dan keberuntungan. Saat hari pertama training, saya sudah mendapat kabar bahwa anak saya sudah boleh keluar dari rumah sakit. Pekan ini, insya Allah order training dan coaching tentang Leadership, personal development dan value berlimpah dari berbagai perusahaan dan pitching-nya menang walau tanpa kehadiran saya. Memprioritaskan janji atau komitmen terhadap guru, memuliakan dan mendoakan sang guru ternyata memiliki kekuatan yang terkadang sulit dinalar. Saya sedang belajar mempraktekkan ini.
Mas Jaya Setiabudi adalah guru bisnis keluarga kami, istri, saudara dan anak kami adalah peserta training beliau. Bahkan saat ini, dua anak saya, setiap hari Selasa mendatangi rumahnya di Padalarang Bandung untuk belajar dan berkhidmat kepada beliau. Perjalanan Jakarta – Bandung ditempuh dengan penuh suka cita oleh dua anak saya. Mereka pun dengan penuh kesungguhan berusaha mengamalkan ilmu yang diajarkan sang guru, begitulah memang adab seorang murid kepada guru.
Saya sedang belajar hormat, memuliakan, memprioritaskan dan berkhidmat kepada seorang guru. Semoga mas Jaya Setiabudi tidak kecewa memiliki murid seperti saya dan keluarga saya, ridho terhadap kami sehingga ilmu yang kami peroleh berkah, manfaat untuk kami, manfaat untuk penduduk bumi dan mengantarkan kami dicintai penduduk langit.
Ilmu yang saya peroleh di Malang selama tiga hari sangat aplikatif untuk bisnis yang berkah, bisnis yang membuat kita tidak serakah, bisnis yang tidak melahirkan kapitalis baru, bisnis yang semakin bertumbuh namun tetap menjaga keseimbangan semesta dan kehidupan. Saya menyebutnya, bisnis yang SuksesMulia. Semoga apa yang saya peroleh, bisa saya sharing-kan ditulisan berikutnya. Apakah Anda mau menyimak?
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Training
17 comments On Saya Sedang Belajar Adab Seorang Murid Terhadap Guru
Masya Allah patut di duplikasi ini Beh.
Memuliakan Guru. Noted
di tunggu share ilmu dari Mas Jaya
Peluk dari jauh…
Terima kasih insight nya gurunda..
Sama-sama
Mauuu, siap menyimak. Di tunggu Pak Jamil
In sya Allah
Kesadaran saya seperti terbelah belum mampu mencerna…guru sehebat Kek JA Ini masih belajar takzim dengan guru sehebat mas J??? Wow…tamparan keras buat saya yang masih harus banyak belajar, termasuk menghormati guru. Bahan koreksi karena bisa jadi ilmu yang kita pelajari selama ini mudah lupa, sulit di aplikasikan karena tak ada keberkahan dari menghormati guru ini.
Salim buat guru kek JA dan guru Mas J.
Jangan ditangkis ya…
MasyaAllah keren Pak. Saya juga pernah baca buku dari Pak Jaya dan luar biasa. Mendekat pada rezeki memang diawali dengan mendekat pada adab, terutama adab pada yang memberi. Pada pemberi rezeki dan ilmu serta para penyampainya. Luar biasa Pak. Lanjutkan semoga berkah.
Doakan kami ya
Adab sebelum ilmu. Dahulu bahkan untuk belajar adab bisa bertahun2, sebelum mempelajari ilmu. Sehingga ketika menerima ilmu menjadi lebih mudah dan berkah. Salam takzim untuk para “Guru” ?
Salim balik
Salut sama ke jamil, membikin kita semua jadi termotifasi
Adab ini jadi barang langka sekarang ya.
Semoga bisa semakin tumbuh subur kembali adab dan kesopanan.
Terima kasih pak Jamil sudah mengingatkan kami.
Kakeeeeeekkkkk…… tulisanmu Jahaaadddd…… engkau sudah menamparku dengan keras….. sakuiiittttt
Ya Allah akhirnya saya menemukan titik kesombongan yang tersembunyi itu…..
Alhamdulillah makasih ya kek….. salim wolak walik Kakekku tercinta….
Masyaallah Kakek luar biasa, terharu. Semoga saya bisa mengikuti jejak kakek juga. Mohon izinkan saya jadi murid Kakek. Salam Abdul Karim (Santri Saudagar Tahfiz).
MasyaAllah…
Luar Biasa..
Ta’dzim bisa mendatangkan keberkahan.