Saya Iri

Share this

roadshowTiga hari mengikuti roadshow Indonesia Setara dan Mien R Uno Foundation banyak pelajaran yang saya dapat. Perasaan hebat yang terkadang melekat di hati, perlahan luntur pergi. Ternyata saya harus bekerja lebih keras, cerdas dan ikhlas lagi agar hidup saya bisa memberikan banyak arti di negeri ini.

Hari kedua roadshow, dari pagi hingga malam, kami berada di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Pelajaran pertama yang saya peroleh dari tempat ini adalah saat mulut kita tak bisa diam dari hal-hal yang tak bermanfaat jangan berharap kita bisa menjadi orang yang bertaqwa. Puasa melatih mulut untuk diam. Terlatih diam untuk hal-hal yang tidak bermanfaat mengasah orang meningkatkan derajat dari beriman menjadi bertaqwa.

Pelajaran kedua saya dapat dari Gus Sholah, pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng. Saat kami berjalan beriringan tiba-tiba beliau berhenti untuk memungut sobekan kertas kecil yang ditemuinya di jalan lalu membuangnya ke tempat sampah. “Wajar bila pesantren ini bersih dan sangat nyaman untuk ibadah dan belajar. Pimpinannya memberikan teladan,” batin saya.

Pelajaran ketiga, berbagi ilmu itu tak harus kaku. Ilmu bisa kita peroleh dimanapun dengan berbagai variasi dan kondisi. Belajar itu tak harus di ruangan kelas.

Di Tebu Ireng, saya melihat ada guru yang menyampaikan ilmunya dengan cara duduk di depan para santri. Ada pula yang sambil tiduran di atas dipan yang sudah disiapkan.

Uniknya, ada juga yang gurunya tak tampak oleh muridnya. Sang guru menyampaikan ilmunya dari suatu ruangan dengan pengeras suara sementara masyarakat atau santri mendengarkan bebas dimana saja. Ada yang mendengarkan sambil ngopi, duduk di halaman, duduk dipinggir sungai, di tepi jalan, di atas motor, atau tetap duduk di dalam mobilnya.

Baca Juga  Carilah Nafkah

Hari terakhir roadshow kami diajak mas Sandiaga S Uno menengok mini kilang minyaknya di Bojonegoro. Ternyata membangun kilang minyak tidak harus besar. Kita, orang Indonesia, bisa pula membangunnya dengan skala kecil.

Selama ini para “bandar” mengirim minyak mentah ke Singapura kemudian diolah di Singapura dan akhirnya dijual ke Indonesia dengan harga yang mahal. Dengan mini kilang minyak ini, minyak mentah tak perlu diolah di Singapura sehingga nilai tambah yang kita peroleh jauh lebih banyak.

Selain itu, ekonomi daerah tumbuh menjadi lebih pesat dan mendorong kesejahteraan rakyat yang semakin meningkat. Apabila mayoritas pebisnis berpikiran seperti mas Sandiaga saya yakin Indonesia bisa setara dengan negara-negara maju lainnya. Bisnis bukan hanya sekedar bisnis, dalam berbisnis ada misi membangun negeri agar semakin berdaya dan setara dengan negara-negara maju.

Tiga hari bersama mas Sandiaga S Uno di mobil yang sama, di hotel yang sama, membuat saya bisa berkata: “Lelaki penggemar marathon ini adalah pebisnis hebat, taat beribadah, peduli membangun negeri, gemar membaca dan belajar serta senang berkolaborasi.”

Mas Sandiaga, walau saya iri denganmu, saya selalu berkirim doa, “Semoga Allah SWT selalu menjaga dan membimbingmu.”

Terima kasih telah mengajak saya jeda sejenak dari kesibukan rutin, menyerap energi dari para kyai dan tokoh masyarakat. Saya segera menyusun strategi baru untuk mengejarmu dalam berbuat kebaikan. Thank you and I love you…

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

Keterangan foto:
Rombongan roadshow Indonesia Setara dan Yayasan Mien R Uno diterima Bupati Bojonegoro Bapak Soeyoto (atas). Saat berkunjung ke Jombang, menyembatkan diri untuk ziarah kubur ke makam pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, termasuk Gus Dur. Roadshow ditutup dengan buka puasa bersama di rumah pak Najib, Direktur Behaestek (bawah).

35 comments On Saya Iri

Leave a Reply to Rahman Patiwi, Parenting Coach Indonesia Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer