Pengorbanan Seorang Mami

Share this

Ibu Lies Sudianti, sahabat saya, hari ini berulang tahun. Puluhan tahun yang lalu wanita yang tinggal di Cibinong Bogor ini pernah divonis meninggal oleh dokter. Ketika itu ia mengindap kanker stadium empat yang kronis. Namun, Allah berkehendak lain, kini ia masih sehat, energik dan aktif di berbagai kegiatan.

Ibu Lies Sudianti dibesarkan oleh dua orang ibu. Ia memiliki ibu kandung dan seorang ibu angkat. Walau disebut ibu angkat, kasih sayangnya seperti ibunya sendiri. Ibu angkat yang sangat mencintai dan menyayanginya tersebut biasa dipanggil mami. Keperluan sekolah hingga kuliah ibu Lies sebagian besar dibiayai oleh mami. Bukan hanya itu, saat pernikahanpun peran mami begitu besar.

Saat ibu Lies dirawat di rumah sakit, salah satu orang yang setia merawat dan menemaninya adalah mami. Ketika itu, penyakit kanker stadium empat yang ada di tubuh ibu Lies sudah sangat kronis. Peluang untuk sembuhnya sangat kecil. Dalam kondisi seperti itu, sang mami selalu membesarkan hatinya.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, keajaiban pun datang. Dokter mengatakan penyakit ibu Lies sembuh total. Maka, dengan bangga ibu Lies bercerita kemana-mana bahwa kanker itu bisa dilawan dengan pikiran positif dan meditasi.

Beberapa tahun kemudian, giliran mami menderita sakit keras dan dirawat di rumah sakit. Saat dirawat, mami ingin ditemani oleh ibu Lies. Sebagai wanita karir yang sibuk, sebenarnya ibu Lies sangat “malas” menemani mami. Namun setelah beberapa hari melewati hari di rumah sakit bersama mami, rasa cinta yang menggelora muncul di hatinya. Iapun berdoa, “Ya Tuhan, sembuhkan mamiku. Beri kesempatan kepadaku untuk merawat dan membahagiakannya.”

Baca Juga  Taubat Profesi

Setelah beberapa hari dirawat, akhirnya diketahui bahwa penyakit mami adalah kanker stadium empat, sama persis dengan penyakit yang pernah diderita ibu Lies. Mendengar kabar itu, Ibu Lies langsung berkata kepada mami, “Tenang mami, penyakit mami sama persis dengan penyakitku dulu. Mami bisa sembuh total seperti aku.”

Karena sudah diketahui penyakitnya dan ibu Lies optimis penyakit itu bisa sembuh, ibu Lies meminta izin sejenak kepada mami untuk meninggalkan rumah sakit. Namun, umur manusia tidak ada yang tahu. Di perjalanan pulang menuju rumah, Ibu Lies mendapat kabar dari rumah sakit bahwa mami telah dipanggil oleh Sang Maha Kuasa.

Penyesalan, rasa sedih, perasaan kehilangan berkecamuk di dalam jiwa ibu Lies. Iapun berbisik lirih, “Tuhan, mengapa kau cabut nyawa mamiku saat rasa cinta dan bangga di dalam jiwaku kepada mamiku tumbuh? Mengapa Engkau tak memberi kesempatan kepadaku untuk membahagiakannya?”

Pemakaman dan hari bergabung usai. Ibu Lies datang ke rumah almarhumah mami untuk mengurus berbagai keperluan. Saat itulah, ibu Lies berjumpa dengan salah satu tetangga mami yang berkata, “Ibu Lies, mami itu dulu sangat sayang dan cinta lho sama ibu Lies.” Tanpa ekspresi ibu Lies bertanya sekenanya, “Dari mana ibu tahu bahwa mami sangat sayang sama saya?”

Sang tetangga menjawab, “saat ibu Lies dirawat di rumah sakit dulu. Setiap hari mami datang ke rumah saya hanya minta diaminkan doanya. Dan karena sangat sering saya mengaminkan doanya, saya sampai hafal doanya. Mami selalu berdoa, “Ya Allah, anakku masih terlalu muda. Sembuhkanlah penyakitnya. Aku rela, penyakit itu kau pindahkan kepadaku. Biarkan aku yang menanggung penyakit itu, jangan anakku.”

Baca Juga  Bersedihlah Bila Tak Ada Cobaan

Mendengar cerita tetangga maminya itu, ibu Lies terdiam. Ia tak mampu berkata apa-apa. Air matanya mengalir deras tiada henti. Rasa cinta, bangga, sekaligus sedih menyatu menjadi satu. Apa yang selama ini ia katakan bahwa ia sembuh dari penyakit kanker karena berpikir positif dan meditasi ternyata keliru. Ia sembuh total ternyata karena doa yang sangat tulus dari mami dikabulkan oleh Sang Maha Mendengar…

Selamat ulang tahun ibu Lies. Semoga ketulusan dan kebaikan hati mami menular kepada ibu Lies. Doaku untuk mami dan ibu Lies.

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini


Wanna be Trainer, Bogor, 15-17 November 2013


21 comments On Pengorbanan Seorang Mami

  • Pengalaman yg penuh.pelajaran

    Mdh2an.bisa belajat untuk.ga pernah menunda menyayangi org tua….mksh insprirasi paginya kek….salam sukses mulia

  • aku tidak bisa berkata apa2 hanya air mata yang mewakili betapa besar pengorbanan orang tua tapi kita menyadarinya setelah keduanya pergi, mungkin DOA yang bisa kita panjatkan kepada Allah Swt semoga mereka dilapangkan di alam kuburnya dan di bukakan pintu surga untuknya.Ma kasih kek inspirasinya

  • betul… kekuatan doa tulus dari org2 terdekat plus sedekah adalah obat untuk semua penyakit. mertuaku setahun yg lalu divonis kanker stadium 3B,namun doa kami anak2nya tiada terputus hingga saat ini.Alhamdulillah dokter mngatakan ibu mertuaku sembuh total 🙂

  • Rahmat E. Siregar

    Terima kasih banyak Kek. Cerita ini mengingatkan saya kembali untuk tetap bergelut sebagai karyawan karena berupaya menuruti pesan sang Ibu, padahal saya merasa passion saya ada di bisnis. Semoga naluri bisnis tersebut tetap mengalami tumbuh kembang hingga saatnya layak untuk dipresentasikan kepada Ibunda tercinta sebagai pilihan untuk meyakinkan beliau bahwa saya juga layak jadi pebisnis handal. Mohon doanya Kek…

  • Kekuatan Doa..ya Doa adalah senjata.
    Apa lagi dari seorang ibu yang begitu tulus. Smoga semua doa2 kita untuk orang tua dikabulkan dan Allah meridhoi kita. Aamiin

    Doaku untuk guru kek Jamil dan keluarga..semoga sehat selamet suksesmulia

  • Makasih pak Jamil Azzaini buat hadiah ulang tahunnya yg begitu indah, membangkitkan kembali rasa cinta yg begitu besar buat mami tercinta

  • Al-Fatihah untuk almarhum Bapak dan doa keselamatan dan kebahagiaan utk Ibu di rumah.

    Sebuah pengalaman yang menggugah hati kek. Bukan hanya kebaikan diri dan hal positif yang selalu ditunjukkan, yang membuat kehidupan terasa lebih mudah. Namun doa dari orang-orang di sekitar kita rupanya yang telah memudahkan semuanya.

    Sarapan pagi yang kakek hidangkan semoga bisa membuat hati ini kian melembut. Makasih gurunda.

  • Ahud Al - Choir

    Do’a lebih cepat terkirim, dari pada gadget tercanggih manapun..

  • sukses bikin nangis 🙁

  • Subhanallah, trimakasih pa atas ceritanya.
    sangat menyentuh sekali

  • Keajaiban Doa…
    Apalagi doa seorang Ibu….
    Jadi nangis rindu Ibu yang jauh.
    Selamat Ulang Tahun Ibu Lies…..

  • Semoga tetap Sehat dan semakin bermanfaat dan lebih baik Bu…

  • Doa an sama spt bu lies kpnpun dmnpun moga Allah mengabulkan

  • pak jamil azzaini saya doakan smoga visi akhirat anda dapat benar benar terealisasi..amin yra..menginspirasi 25 juta org..lebih dan lebih..
    bisa mendengar inspirasi anda dan bertemu langsung dg anda di #inspirasimudamulia kemarin saya belajar banyak hal dan rasanya tidak menyesal telah terbang jauh jauh dari tanah pilih pesako bertuah jambi menuju bandung..
    semoga terus diberi kesehatan utk menginspirasi lebih banyak lg ya pak ;)

  • Membaca cerita ini membuatku terharu, mataku berkaca-kaca.
    Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah memelihara / mendidikku sewaktu aku kecil. Izinkan aku untuk lebih banyak lagi membahagiakan mereka. Amin

  • Terima kasih atas ceritanya yang sangat menginspirasi dan menyentuh hati..
    Sebagai seoramg ibu saya mungkin juga akan melakukan hal yg sama karena rasa cinta saya pada anak2 saya.
    Saya jadi teringat akan kasih sayang orang tua saya pula..
    Semoga Allah selalu melindungi bapak sekeluarga, diberikan kesehatan, umur yang panjang dan sukses serta mulia..
    Wassalamualaikum

  • Mas Jamil yg baek….sy suka baca tulisan Mas,tp syg agak susah dibaca dg handphone.gak tepat,harus geser kanan kiri.Bisa diperbaiki???Maunya sih sprt baca media2 online yg mmg pas di halaman HP,gak usah geser kanan kiri.mkc….

  • Ini cerita ada di buku terbarunya pak jonih rahmat…

Leave a Reply to Ahud Al - Choir Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer