Nepotisme

Share this

Alkisah, di suatu propinsi terpilihlah gubernur yang memiliki mental nepotisme sangat kuat. Beberapa bulan setelah menjabat, ia mengganti semua kepala dinas di propinsi tersebut. Apakah salah? Tidak, apabila yang dipilih memiliki kemampuan yang mumpuni dan peduli dengan dinas yang dipimpinnya.

Masalahnya, dinas-dinas yang “basah” ia serahkan kepada saudara dekatnya, walau mereka tidak memiliki kemampuan yang memadai. Sementara dinas-dinas yang sepi proyek diserahkan kepada orang yang memiliki kemampuan dan terbukti prestasinya. Lucunya, dengan cara ini ia mengklaim dan punya alasan kuat bahwa dirinya tidaklah nepotisme.

Di salah satu dinas yang “basah” dan strategis serta banyak orang-orang bijaknya, gubernur menunjuk sang adik sebagai kepala dinas yang baru. Karena kemampuan leadership dan manajerial yang sangat rendah, setelah 3 tahun kinerja dinas itu menurun. Orang-orang bijak di dinas itu tentu resah dengan kondisi tersebut dan berniat mengadu kepada gubernur.

Saat yang ditunggu tiba. Rombongan orang-orang bijak menghadap gubernur. Namun, sebelum mereka mengungkapkan niatnya gubernur berkata, “Awas kalau Anda datang kesini meminta saya memindahkan kepala dinas kalian. Dia adik kandung saya yang sangat saya cintai. Saya tahu dia orang hebat, dia sangat bijaksana dan cerdas, dia cepat dan tepat untuk posisi kepala dinas.”

Mendengar pernyataan gubernur, ketua rombongan terkejut. Dengan menarik nafas panjang ketua rombongan itu berkata, “Benar pak, adik kandung bapak kepala dinas yang hebat. Dia juga sangat cerdas. Dia pekerja keras dan tegas. Oleh karena itulah kami tidak mau serakah. Kami ingin dinas-dinas lain merasakan kepemimpinan beliau. Agar keadilan merata di propinsi kita.”

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

Baca Juga  Jangan Doakan Orang Mati

15 comments On Nepotisme

Leave a Reply to Anggit Setyaningsih Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer