Nelongso Tapi Mulyo

Share this

Nelongso itu bahasa Jawa artinya susah, prihatin dan menderita. Maka, saat saya mendengar ada rumah makan bernama ‘Bebek dan Ayam Nelongso’ yang terpikir ketika itu adalah, “Membuat nama restoran kok negatif, pasti yang punya tidak untung alias nelongso.” Saya akhirnya menyempatkan diri mampir ke restoran yang berada di Ruko Soekarno Hatta Indah 4A Malang, Jawa Timur, tersebut.

Saya sempatkan ngobrol dengan sang pemilik restoran, Nanang Suherman. Lelaki kelahiran 1987 ini punya cerita tentang pemberian nama rumah makan bebek dan ayam Nelongso. Kehidupan lelaki ini memang dulunya benar-benar nelongso. Bapak dan ibunya bercerai, sang ayah pernah mendekam di penjara.

Nanang, lelaki asal Madura ini, pernah menjadi pengepul besi tua atau rongsokan untuk biaya kuliahnya. Ketika istrinya hendak melahirkan anak pertama, ia terpaksa menjadi pemulung dan mencari sampah. Istrinya divonis harus dioperasi saat melahirkan, tetapi karena tahu suaminya tak punya banyak uang, sang istri berjuang keras agar bisa melahirkan secara normal, cukup di bidan bukan di rumah sakit.

Ketika mertuanya meminta diadakan aqiqah (memotong kambing untuk syukuran kelahiran anak) lelaki ini kebingungan, ia tidak punya uang. Namun, ia tidak mau membuat mertuanya kecewa. Ia ingin menunjukkan bahwa ia bisa dipercaya dan mampu membahagiakan istrinya. Nanang akhirnya mendonorkan darahnya. Karena golongan darahnya AB termasuk langka, maka laku dijual dan cukup untuk aqiqah anaknya.

Ia pernah punya hutang ratusan juta karena bisnis yang dijalaninya bangkrut. Ia pernah dipukuli oleh debt collector hingga babak belur. Ketika itu ia berkata kepada sang penagih, “Saya belum bisa bayar, silakan pukul saya sepuas Anda tetapi jangan di depan anak dan istri saya.”

Baca Juga  Apa Yang Anda Lakukan Bila Kaya Raya Selama Setahun Saja?
nanang
Saya dan Nanang, pemilik ‘Nelongso’.

Semua isi rumah pernah dijual untuk menyambung hidup. Ia beserta istri dan anaknya tidur di karpet tanpa listrik karena dicabut oleh PLN. Derita demi derita datang silih berganti. Berbagai usaha yang dijalani sering berujung pada kebangkrutan. Sampai akhirnya ia menemukan menu makanan yang khas dengan harga yang sangat murah.

Apa itu? Sayap dan ceker plus nasi disiram sambal yang sangat pedas. Harganya sangat murah hanya lima ribu rupiah per porsi. Harga yang sangat terjangkau buat orang yang hidupnya nelongso alias susah. Hehehehehe… Dan, akhirnya, restorannya pun diberi nama Rumah Makan Bebek dan Ayam Nelongso.

Kini, Nanang sudah punya 5 outlet dengan 120 karyawan. Restorannya buka 24 jam. Omsetnya sudah lebih dari satu setengah milyar setiap bulan. Dan, saya yakin, karena Nanang tipe pembelajar bisnisnya akan terus berkembang.

Perkenalan saya mengenal dengan Nanang bermula saat sama-sama menjadi murid Coach Dr. Fahmi dalam program ‘Business Coaching Program’. Kami yang belajar dengan Coach Fahmi omsetnya ditarget naik 500 persen usai program coaching. Saya yakin, bisnis milik suami dari Yeni Isnawati ini akan tumbuh tidak hanya 500 persen tetapi lebih dari itu. Buktinya, saat program coaching kami belum selesai, ia sudah membuka satu outlet lagi.

So, nama restorannya boleh nelongso tetapi yang punya kini sudah tidak nelongso. Keluarganya sudah hidup mulyo. Pesan mas Nanang kepada kami “Bila Anda ke Malang tidak mampir ke restoran kami, Anda akan menyesal dan nelongso.” Nah, lho…

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

 

15 comments On Nelongso Tapi Mulyo

Leave a Reply to Jamil Azzaini Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer