Kelahiran

Share this

Dian Dwi Ariandoko (Editor Tulisan Pembaca website JA)
Dian Dwi Ariandoko (Editor Tulisan Pembaca website JA)
Ketika menulis tulisan ini, saya sedang menanti kelahiran anak kedua. Kalut, bersemangat dan bahagia jadi satu. Kalut, karena menurut bidan. Kepala si janin terbelit usus ari-ari. Bersemangat, karena saya tidak sabar pengin melihat si kecil lahir ke dunia ini. Dan bahagia, setiap orang tua yang baik pasti punya perasaan bahagia manakala bayinya akan lahir ke dunia ini.
 
Perasaan ini sebenarnya tidak seberapa, bila di bandingkan apa yang dirasakan oleh istri saya, ibu dari calon si jabang bayi. Entah bagaimana rasanya, tapi bila saya yang harus mengalaminya. Pasti saya tidak kuat.
 
Bayangkan selama 9 bulan, istri saya harus merasakan mual yang hebat tak henti-hentinya. Hingga isi perut selalu ada saja yang dimuntahkan. Belum lagi, tubuhnya sejak di bulan kedua kehamilan hingga hampir bulan ke 8. Berat badannya seperti tersedot ke dalam bumi. Dia merasakan tubuh berat sekali. Untuk duduk saja rasanya tidak bisa, apalagi berjalan. Namun karena dia tidak ingin saya terbebani, ia selalu menunjukkan keceriaan, berseri-seri penuh kegembiraan. πŸ™‚
 
Dalam siklus kehidupan, fase kelahiran adalah keniscayaan. Bahkan di setiap sepersekian detik, sel-sel tubuh kita mengalami kelahiran baru. Fase kelahiran diperlukan untuk menjaga keseimbangan derajat kelangsungan hidup (survival) dalam ekosistemnya.
 
Mau tidak mau, fase kelahiran harus menjadi momentum. Harus menjadi mekanisme untuk menyegarkan kehidupan yang sudah masif. Kelahiran dibutuhkan tidak hanya menjaga keberlangsungan, tapi juga diperlukakan untuk menjadikan kehidupan ini makin terus tumbuh. Mereka yang terus menjaga fase kelahiran dalam hidupnya, maka dia akan terlatih menjadi orang hebat.
 
Orang semacam ini tidak akan pernah menyerah untuk melahirkan ide-ide baru. Ada saja cara untuk menemukan jalan-jalan baru. Hingga melahirkan kreasi baru, teknik baru, karya-karya baru, pola-pola baru. Dan tentu inovasi-inovasi baru yang semakin orisinil dan unik. Semua dilakukan demi membuka jalan untuk terus tumbuh dan berkembang.
 
Kelahiran yang orisinil dan unik adalah sebuah maha karya yang nilainya tinggi. Seorang penulis yang bisa melahirkan tulisan yang orisinil, peluang untuk menjadi mega best seller adalah besar kemungkinannya.
 
Hidup tak selamanya mudah, bila terbentur masalah. Lahirkan hal-hal baru, kalau masih ‘mbulet‘ pakai cara lama, pantaslah disebut orang gila. Seperti ucapan Albert Einstein β€œHanya orang-orang gila yang mengharapkan hasil berbeda tetapi menggunakan cara-cara yang sama.”
So, seperti yang kek Jamil juga pernah katakan, “Selalu ada hal yg baru itu menarik, hidup menjadi lebih dinamis. Hidup itu harus ada yg diperjuangkan.”
 
Bila tulisan Anda saat ini belum di muat di web kek Jamil ini. Janganlah menyerah. Melahirkan ide-ide menulis yang baru, memang harus melalui fase yang sulit. Butuh perjuangan dan tidak menyenangkan. Layaknya seorang wanita yang mengandung sembilan bulan, seperti istri saya.
 
Namun di saat gong kelahiran berbunyi (tulisan Anda dimuat), rasakan energi baru yang lahir entah darimana asalnya. Lalu bersiap-siaplah ‘ketagihan’ melahirkan ide-ide tulisan baru yang makin orisinil, tentunya makin unik. Ayo, menulis saja dan jangan menyerah!! Gunakan cara berbeda!
 
Ngomong-ngomong, sepertinya saya sudah diminta bidan untuk mendampingi istri yang sudah siap melakukan persalinan. Mohon bantuan do’anya ya..
 
 
Salam Penulis SuksesMulia
Tulisan dikirim oleh Dian Dwi Ariandoko (Editor Tulisan Pembaca website JA)

Baca Juga  Jangan Menilai Orang dari Penampilan Luar Saja

28 comments On Kelahiran

Leave a Reply to Dian Dwi A Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer