Jeli

Share this

Tito Adi Dewanto‘Potensi diri seperti benih. Kalau ditanam, disiram dan dirawat, ia akan tumbuh lalu
berbuah. Jika tidak, ia takkan menjadi apa-apa’.

 
Surat itu dari Khalifah Umar bin Khaththab kepada Sa’ad bin Abi Waqqash. Bersama pasukannya, Sa’ad sedang berada di Lembah Qadisiyah untuk menghadapi pasukan Persia. lsi surat tersebut sangat rahasia. Khusus dari Khalifah Umar untuk Panglima Sa’ad bin Abi Waqqash. Begitu mengetahui surat tersebut dari sang Khalifah, Sa’ad segera membuka dan membacanya. Di antara isinya, “Ajaklah Thulaihah (bin Khuwaitid) bicara tentang urusan perang, tapi jangan beri dia wewenang (kekuasaan) sedikit pun.” Demikian seperti ditulis Hani al-Haj dalam bukunya Sirah Rijali Haular Rasul.
 
Perintah Khalifah Umar ini begitu membekas dalam benak Panglima Sa’ad. Untuk menghadapi pasukan persia yang jumlahnya jauh lebih besar, dibutuhkan strategi perang yang jitu. Thulaihah, yang dikenal pakar strategi perang, menjadi rekan terdekatnya ketika mendiskusikan tentang strategi menghadapi musuh, akan tetapi Khalifah Umar sangat jeli dengan tidak menyarankan untuk memberikan jabatan tertentu yang berkaitan dengan kekuasaan karena Thulaihah pernah tergelincir dengan jabatan kekuasaaan yang pernah dipegangnya dahulu.
 
Sejarah pun akhirnya mengukir kemenangan besar umat lslam pada Perang Qadisiyah itu, berkat strategi perang dan keberanian dari sosok Thulaihah serta berkat Khalifah Umar yang tahu potensi anak buahnya.

 
Jeli dengan mengetahui potensi diri termasuk orang terdekat kita merupakan keharusan agar kita dapat meraih sukses bersama. Potensi yang besar namun belum tergali akan bernilai murah bahkan tidak menghasilkan apa-apa. Karenanya segera temukan potensi (nilai diri anda). Ketahuilah bahwa, “tidak ada pohon mahal ketika masih berdiri tegak di tengah hutan, tidak ada air yang mahal ketika masih ada di pegunungan dan tidak ada ikan yang mahal ketika masih berenang di lautan. Bilamana telah dibukanya ruang untuk memberdayakan nilai pada tiap benda tersebut. Maka harga tidak lagi bicara murah dan mahal.”
 
Seorang pimpinan perusahaan harus tahu potensi anak buahnya dan jeli dalam menempatkannya pada posisi yang sesuai potensinya sehingga dapat membawa keuntungan bagi perusahaannya, sebaliknya salah menempatkan kerugianlah yang didapat. Seorang kepala keluarga harus jeli mengetahui potensi dirinya dan anak-anaknya sehingga dirinya sukses dan anak-anaknya tidak ‘trial error’ dalam menapaki masa depannya.
 
Saya sendiri agak telat baru mengetahui potensi diri lewat tes sidik jari STIFIn yaitu ketika acara WBT 11 tanggal 15-17 November 2013 lalu. Dalam STIFIn, sistem kerja otak manusia dibagi menjadi 5 kategori kecerdasan yaitu Sensing (S), Thinking (T), Intuiting (I), Feeling (F) dan Insting (In). Bagian otak yang dominan pada kepribadian sensing adalah limbik kiri, thinking otak kiri, intuiting otak kanan dan feeling limbik kanan, sedangkan insting yang dominan adalah otak tengahnya.
 
Dengan mengetahui sistem kerja otak maka akan diketahui kelebihan dan potensi untuk dikembangkan sehingga dapat fokus pada satu bidang yang diminati dan memang disanalah karpet merah yang telah diberikan oleh Al Kholik.

Baca Juga  Locus Internal Control

 
Alternatif lain yang dapat kita lakukan untuk mengetahui potensi diri kita adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut dengan jujur. Apa yang mendorong saya untuk bekerja ? Apa kelebihan dan kekurangan yang saya miliki ? Pekerjaan apa yang membuat saya merasa senang ? Prestasi apa saja yang pernah saya raih ? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang berhubungan dengan diri kita yang bisa mengeksploirasi bakat yang ada dalam diri kita.
 
Menurut Inspirator Sukses Mulia Jamil Azzaini adalah suatu kejahatan terhadap diri sendiri bila kita mengabaikan potensi diri kita. Bahkan mengenal potensi diri sebagai media untuk mengenal siapa pencipta kita. Man arofa nafsahu faqod arofa robbah. Siapa yg mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhanmya. Sebuah kata bijak seorang sufi itu menyarankan kita untuk terlebih dahulu mengenal potensi diri kita untuk kita tumbuh kembangkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi diri kita dan orang lain.
 
Setelah kita tahu potensi kita maka focus dan up grade potensi tersebut baik dengan ‘deliberate practise’ (praktek langsung) yaitu dengan memperbanyak jam terbang (meski mungkin tanpa memperdulikan honor), juga bisa dengan mengikuti seminar atau training yang dapat melejitkan potensi kita. Bagi trainer mengikuti Trainer Boot Camp merupakan salah satu cara yang dahsyat melejitkan potensi delivery training anda.
 
Tapi kalaupun kita belum tahu potensi atau bakat kita apa maka saran saya ‘bakatilah’ setiap pekerjaanmu yang ada sekarang maka niscaya anda akan menjadi orang hebat, sehebat orang yang berbakat”. Well, Sudahkah anda mendapatkan potensimu ? Sudah pulakah anda mengembangkannya ?
 
 
Tulisan dikirim oleh Tito Adi Dewanto

16 comments On Jeli

Leave a Reply to Mas wantik Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer