Bisakah Karyawan Kaya?

Share this

Di sela-sela kesibukan saya memberikan training di berbagai perusahaan, Sabtu dan Ahad kemarin saya sempatkan memberikan seminar untuk masyarakat umum. Sabtu di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Ahad saya berbagi di Klaten, Jawa Tengah.

Selain menjalankan hobi saya yaitu memberikan training, saya juga ingin menguji dan mengasah kualitas ilmu yang saya dalami. Apakah ilmu itu hanya compatible di perusahaan atau bisa diserap masyarkat luas. Alhamdulillah, 300 peserta lebih di masing-masing tempat menikmati materi yang saya sajikan.

Dari diskusi dengan para peserta, saya menemukan bahwa sebagian besar peserta ternyata ingin menjadi pengusaha. Alasannya sederhana, menjadi karyawan susah kaya. Benarkah menjadi karyawan susah kaya? Jawaban saya, TIDAK. Menjadi karyawan bisa kaya dengan cara yang benar asal tahu ilmunya.

Sebelumnya perlu saya sampaikan, khususnya bagi Anda yang sangat silau dengan pengusaha. Ketahuilah, boleh jadi penghasilan para pengusaha tinggi tetapi penghasilan itu habis untuk operasional perusahaan dan membayar hutang. Sebagian diantara mereka sebenarnya tidak kaya.

Mereka mungkin mempunyai perusahaan dimana-mana, tetapi juga hutangnya berjibun dan tersebar ke segala penjuru mata angin. Boleh jadi hutangnya lebih banyak dibandingkan total kekayaanya. Sebagian diantara mereka sebenarnya tidak kaya. Tidur pun tidak nyenyak karena mimpinya pun dikejar-kejar debt collector.

Kaya, tidaklah identik dengan tingginya penghasilan dan banyaknya perusahaan yang dimiliki. Kaya ditentukan sejauh mana Anda memiliki aset-aset produktif yang jauh melebihi total hutang Anda. Selain itu, saat Anda memerlukan sesuatu, Anda memiliki dana yang cukup untuk memenuhinya.

Jadi, menjadi pengusaha tidak menjadi jaminan bahwa Anda bisa kaya. Karyawan pun bisa kaya dengan cara-cara yang tidak melanggar etika dan agama. Apabila Anda karyawan dan ingin kaya, bersegeralah menjadi seorang expert di pekerjaan yang Anda tekuni. Keahlian Anda diasah melebihi keahlian yang dimiliki oleh kebanyakan orang. Percayalah, menjadi expert di pekerjaan Anda, menjadikan Anda mendapat bayaran yang menggiurkan.

Baca Juga  Mendoakan Orang Lain itu Nikmat

Jangan lupa, gaji yang Anda peroleh gunakanlah untuk membeli aset-aset produktif yang bisa menghasilkan. Sahabat saya di Bank BNI, karena rajin menyisihkan gajinya untuk membeli kos-kosan, menjelang usia pensiunnya sudah memiliki 147 pintu yang bisa dikontrakkan. Dengan rata-rata 2 juta rupiah per pintu, ia bisa menghasilkan 300 juta rupiah setiap bulan. Belum lagi harga tanah yang selalu naik setiap tahunnya. Berlebih untuk bekal pensiun…

Saya memiliki banyak sahabat yang masih menjadi karyawan. Mereka banyak yang lebih kaya dibandingkan beberapa sahabat saya yang menjadi pengusaha. Menjadi karyawan bisa menjadi kaya walau mungkin tidak sampai menjadi kelompok yang kaya raya. Bila passion Anda sebagai karyawan maka nikmatilah pekerjaan Anda, tanpa harus merasa iri dengan para pengusaha. Karyawan pun bisa kaya, percayalah…

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

25 comments On Bisakah Karyawan Kaya?

  • Ahmad Fajar Septian

    Alhamdulillah. Terima kasih atas pencerahannya, Kek 🙂

  • Saya mau kek jadi the next sahabat kek Jamil itu… Masih berjuang trus nih kek unt dpt passive income selain dr bulanan. . . Mohon doanya ya kek 🙂

    • Langsung kirim doa. Al fatihah….

      • Kayaknya perlu diralat kek doaku kemarin. Semoga semua karyawan yg ada di Indonesia dimampukan oleh Allah SWT menjadi the next sahabat kek Jamil. Aamiin Aamiin Yaa Robbal Alamin. 🙂

        apa kabar kek pagi ini_?

  • kapan ada acara serupa di kota semarang pak dhe Jamil ?

  • nuhun kek Ilmunya, Wilujeung enjing

  • Dannank Maryanto

    Urip mung Sawang Sinawang ya kek.. hehee

  • Cecep Saprudin

    Bener banget nih Pak Jamil, untuk kaya tidak harus menjadi pengusaha, saya perhatikan banyak kok karyawan yang kaya. Kebanyakan orang itu “wang sinawang”, melihat sesuatu yang belum dia miliki, melihat sesuatu yang orang lain lakukan diluarnya saja tanpa mengetahui proses apa yang dijalaninya.
    Yang terpenting menurut saya bagaimana manajemen keuangannya, gaya hidup dan proses yang dijalaninya agar senantiasa “meningkatkan daya” secara terus menerus.

  • makasih kek, dapat sarapan bergizi pagi yg cerah ini.

  • Betul dan sangat setuju sekali… Apa yg disampaikan Pak Jamil benar adanya dan sy mengalaminya sendiri. Ketika suami sy memutuskan utk menjadi seorang entrepreneurship, sy harus siap dgn keadaan jatuh bangunnya usaha suami. Pada akhirnya gaji bulanan lah yg akan menjadi pegangan. Pikirkan kembali kl ingin jadi pengusaha, sgla bentuk resikonya.

  • Benar kek, setuju sekali.. saya sendiri sudah melihatnya di keluarga besar saya. Dari 5 paman/bibi saya, yang paling kaya adalah seorang karyawan BUMN.. yg memang sudah merintis karirnya sejak puluhan tahun yg lalu, dan sekarang sudah menduduki posisi yg tinggi. Beliau bahkan bisa membiayai kuliah keponakan2nya. Saya bisa menilai bahwa beliau jauh lebih kaya dibandingkan 2 orang saudaranya yg lain (bibi & paman saja juga) yang memilih jadi pengusaha.

  • Tulisan Pak Jamil seperti penetralisir yg menyeimbangkan dan menenteramkan. Selama dan sepanjang yg saya ketahui pengusaha ada yg suka ‘mengusik’ para karyawan utk ikut jejaknya lengkap dengan argumen2. Seolah mereka tidak butuh karyawan. Niat baik agar sama2 kaya sukses kadang tidak sama sampainya ke khalayak. Trims tulisan penyegarnya kek.

  • Kalau Karyawan Bank BNI Konven, kemungkinan besar bisa. Jika dibanding kebanyakan masyarakat luas, menurut saya agak susah untuk di bandingkan.

  • Intinya Allah yang membuat seseorang menjadi kaya,bukan karena profesi seseorang,, Yaa Mughni…(yang mengayakan),bahkan orang bisa kaya dengan tidak menjadi pengusaha atau karyawan yaitu kaya dari warisan….

  • terima kasih pencerahannya kek, sy ingin kaya walau saya pegawai.

  • Tidak sedikit orang berteriak jadi karyawan tidak akan kaya, karena jika ingin kaya jadilah pengusaha. Menurut saya hal itu ada benarnya dan ada salahnya. Benarnya memang karyawan penghasilannya bisa ditebak, berbeda dengan pengusaha bisa berlipat sesuai target. Salahnya, banyak juga penghasilah karyawan BUMN baik dari jajaran staf hingga direksinya yang berpenghasilan lebih tinggi dari pengusaha. Apapun profesinya, jika yang dikejar adalah uang semata, tidak akan pernah ada habis-habisnya, ibaratnya seperti meminum air laut. Makin diminum makin haus.

    Kalau kita bandingkan, jadi pengusaha disini dengan jadi atlet profesional di luar sana, manakah yang lebih banyak penghasilannya? Petinju PacMan saja sekali naik ring kemarin dapat 1 trilyun. Bagaimana dengan kita? Kalau ukurannya materai semata, lebih baik jadi atlet profesional saja daripada pengusaha. Bayaran tinggi sudah jelas terjamin, jadi pengusaha? Harus mampu berpikir cermat dan sibuk mengurusi birokrasi lainnya 🙂

    And then, semua pasti akan kaya pada waktunya, tergantung kita memaknai kaya itu seperti apa. Bagi saya kaya itu ketika penghasilan terus bertambah, sementara kebutuhan hidup kita tetap 🙂

  • Assalamualaikum wr.wb

    Tulisan anda sungguh “mengena”. Saya sangat menyukai tulisan anda. Memang banyak orang bilang menjadi karyawan itu susah kaya, jadi karyawan itu tidak hebat. Tapi yang membuat mata saya terbuka adalah, apapun pekerjaannya seseorang itu bisa kaya meskipun hanya sebagai karyawan. Kita tidak bisa memaksakan passion seseorang untuk wajib menjadi pengusaha. Apapun pekerjaannya, berapapun penghasilan yang didapat, apabila tidak bisa mengolah dengan baik maka akan sulit untuk menjadi kaya.

  • Apapun pekerjaannya, Insya Allah seseorang bisa kaya. Kunci kekayaan 4B :

    1. Berdoa
    2. Berusaha
    3. Bersyukur
    4. Bersedekah

  • Tapi, teori tak semudah prakteknya. itu masalahnya. Banyak yang pintar tapi bodoh dengan kepintarannya. itu bagaimana ya bu?

Leave a Reply to Jamil Azzaini Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer