Ahli yang Visioner

Share this

Setelah membaca tulisan saya kemarin, Generalis atau Spesialis, saya berharap Anda memutuskan ingin ahli di bidang apa. Keahlian apapun selama itu baik dan positif tentu boleh. Namun, agar kehidupan Anda semakin berenergi dan memiliki arti Anda perlu menjadi ahli yang visioner, tidak sekedar ahli.

Seorang ahli yang visioner setidaknya perlu memiliki tiga keyakinan berikut. Pertama, keahliannya dibutuhkan di masa yang akan datang. Boleh jadi keahlian yang Anda tekuni saat ini belum populer tetapi bila hal itu diperlukan dimasa yang akan datang maka tekunilah. Atau, mungkin keahlian yang Anda pilih saat ini sudah populer namun masih diperlukan hingga Anda berusia tua, maka teruslah diasah.

Kedua, keahliannya memberi banyak manfaat. Thomas Alfa Edison, Steve Jobs, Alexander Graham Bell sudah tiada namun manfaat keahliannya masih dirasakan hingga sekarang. Profesor Sedyatmo juga sudah meninggal tetapi temuannya “Pondasi Cakar Ayam” masih digunakan untuk berbagai konstruksi bangunan hingga saat ini. Begitu pula buku-buku karya Buya Hamka masih menjadi bahan diskusi dan kajian hingga saat ini.

Walau mungkin kita tidak sekelas dengan para ahli yang saya sebutkan tadi, setidaknya kita perlu menetapkan target berapa pemetik manfaat dari keahlian kita. Saya, misalnya, sudah menetapkan target ingin menginspirasi 25 juta orang lebih dan melahirkan 10.000 trainer berkarakter –Berapa target pemetik manfaat dari keahlian Anda? Renungkan dan segera tuliskan.

Ketiga, keahliannya bisa menjadi bekal pulang ke kampung akhirat. Kita hidup hanya sebentar. Kata orang tua saya hidup di dunia ini hanya numpang berteduh, kehidupan yang sejati adalah kehidupan setelah kita mati. Nah, kebahagian dan kenikmatan hidup setelah mati menentukan prasyarat agar kita membawa bekal yang cukup dan pantas saat kita hidup di dunia. Jadikan energi, waktu dan pengorbanan serta hasil dari keahlian kita menjadi bekal untuk kehidupan kelak yang kekal.

Baca Juga  Pilar Pemasukan

Keahlian yang hanya menghasilkan kenikmatan dan popularitas duniawi boleh jadi terlihat hebat di mata manusia. Tetapi sungguh amat rugi bila itu tak ada nilainya dihadapan-Nya. Dengan kata lain, hanya menghasilkan kenikmatan sesaat tetapi tak bisa menjadi bekal ke akhirat. Seorang ahli yang visioner tentunya menghindari kebodohan seperti ini.

Ternyata menjadi seorang ahli saja tak cukup, kita perlu menjadi ahli yang visioner. Setuju?

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

37 comments On Ahli yang Visioner

Leave a Reply to Denni Candra Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer