3 Hari Menjadi Catatan Sejarah Hidup

Share this

Mira MarselinaPernahkah merasa hidup seperti robot, melakukan pekerjaan hal yang sama berulang-ulang? Melakukan sesuatu sesuai perintah ? tanpa memiliki perasaan atau bahkan memperdulikan orang lain ?
 
Setidaknya itu yang saya rasakan sebelum mengenal sosok inspirator Sukses mulia Jamil Azzaini , saya adalah seorang robot pekerja melakukan hal yang sama setiap hari. Sebagai seorang karyawan, ibu 2 orang anak, jarak antara rumah dan kantor lumayan menyita waktu dan tenaga, bahkan bukan lagi pergi pagi pulang petang penghasilan pas-pasan melainkan pergi gelap pulang gelap penghasilan gap-gapan. Kantor hanya tempat cari duit, rumah hanya numpang tidur, bahkan kehidupan sosialpun terancam punah dengan rutinitas yang menyita waktu, pikiran dan tenaga.
 
Tahun 2010, saya kenal kakek Jamil Azzaini dari twitter sejak saat itu pula saya mulai menambah kapasitas kesibukan diluar dari rutinitas. Beberapa usaha saya jalani seperti mengisi kehampaan hati dan kerinduan akan silaturahim. Hingga salah satu usaha yang saya tekuni mengharuskan untuk mulai berbicara dan meningkatkan kemampuan diri membawa saya untuk berpikir menambah keahlian dan kemampuan baru sebagai pendukung dalam merintis usaha.
 
Pada november 2013, saya memberanikan diri untuk mengikuti training Wanna be Trainer arahan guru kehidupanku Jamil Azzaini dan akademi trainer. Bismillah, semoga niat untuk bersilaturahim juga mendapatkan ilmu dapat ku peroleh melalui training ini.
 
Hari yang dinanti-nantipun tiba, kuputuskan untuk cuti kantor dan mengikhlaskan anak-anak bersama pengasuhnya dengan pantauan suamiku. 3 hari untuk selamanya, pikirku.
 
Hari pertama adalah hari yang menegangkan karena sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi, masuk dalam aula besar dan menerima instruksi dari lead fasilitator dan fasilitator serta arahan materi dari sang inspirator SuksesMulia Jamil Azzaini, sungguh tidak terasa waktu cepat berlalu dari materi per materi begitu menyenangkan dan kami sangat menikmatinya, benar-benar pengalaman baru mengikuti seminar ini. Alhamdulillah, Hasil hari itu aku mendapatkan sebuah keluarga baru, bernamakan Hi 5 dengan bimbingan seorang fasilitator hati, mbak Mayangsari dan sebuah pengalaman baru bagiku menjadi ketua kelompok.
 
Hari kedua, saya memulai dengan pengalaman baru sebagai ketua kelompok. Tugas ketua kelompok bertanggung jawab dalam menjaga kekompakan , kedisiplinan dan semangat, bagiku hal itu merupakan pengalaman yang baru pertama kali. Dalam kehidupanpun demikian, akan selalu ada yang pertama. Aku terima sebagai tantangan baru dalam membina. Namun ternyata tidaklah mudah menjadi seorang pemimpin, dan cobaan demi cobaan datang.
 
Cobaan itu dimulai salah satu anggota datang terlambat tanpa kabar. Lalu beberapa orang geram karena kami menguasai tempat duduk untuk kelompok, beberapa kali terpisah dalam kelompok, ada yang sakit. Lalu cobaan terberat datang dalam diri sendiri, saat memilih menenangkan diri, tidak sadar waktu berlalu ternyata acara sudah dimulai 10 menit yang lalu akhirnya aku telat dan terpisah dari kelompok. Sungguh beruntungnya memiliki fasilitator hati, disaat kondisi melemah beliau berhasil mengembalikan semangat kelompok.
 
Alhamdulillah hari itu adalah hari yang paling menegangkan, sebuah pengalaman baru dengan berbagai cobaan membuat kami menyatu dengan saling mengingatkan dan saling menyemangati satu dengan yang lainnya. Tujuan kami bukan menjadi kelompok terbaik, namun memiliki keluarga baru itulah yang utama.
 
Hari terakhir, terlepas dari semua materi yang diberikan, pengalaman yang baru adalah saat penggabungan kelompok saling memberi masukan yang membangun serta kelompok Hi 5 menjadi pemenang kelompok terbaik. Pengalaman yang tidak terlupakan adalah saat semua saling menulis, menerima dan membaca sebuah pesan yang diberikan dari peserta, untuk peserta dan oleh peserta. Uniknya saat sang penerima pesan, harus membaca lalu mencari sang pemberi pesan diantara kerumunan peserta, dan saling berpelukan dengan penuh rasa persaudaraan. Sugguh perasaan itu menyenangkan, rindu dan mengharukan.
 
Bukan hanya itu, suatu ketika seluruh ruangan gelap yang ada hanya satu suara yang sedang berdoa, dan meminta kami saling berdoa satu per satu dan mengaminkan doa kami secara bersama-sama, sungguh sebuah kekuatan yang luar biasa, sebuah kumpulan energi positif dari para peserta. Aku jadi membayangkan apa seperti ini rasanya menunaikan ibadah haji ya?
 
Sungguh perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dan sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata. Terlalu indah untuk diungkapkan, dan yang pasti tidak akan terlupakan seumur hidup. Wanna be TRAINER benar-benar menjadi catatan sejarah hidup, yang insha Allah tak akan terlupakan.
 
Terima kasih kakek Jamil Azzaini, semua fasilitator dan team hebat akademi trainer atas pengalaman berharga ini. Aku menemukan sebuah kesatuan dalam lingkungan yang kekeluargaan. 3 hari yang tak terlupakan untuk selamanya. Wanna be TRAINER – family, unity and solidarity.
 
 
Tulisan dikirim oleh Mira Marselina

Baca Juga  Kaca Spion dan Lampu Depan

28 comments On 3 Hari Menjadi Catatan Sejarah Hidup

Leave a Reply to Mira Marselina Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer